Pages

Rabu, 02 April 2014

Pengolahan Limbah kotoran hewan menjadi pupuk kompos





Selain menghasilkan daging, usaha peternakan juga menghasilkan produk sampingan berupa limbah kotoran ternak (feses). Limbah ternak dapat diolah untuk dijadikan kompos dan sebagai bahan baku penghasil biogas. Dengan adanya pengolahan limbah ternak ini selain dapat mengatasi masalah lingkungan juga dapat memberikan nilai tambah bagi peternak karena mempunyai nilai ekonomis. Pembuatan kompos dapat mendukung kegiatan pertanian untuk mengembalikan kesuburan lahan. Adapun pembuatan biogas dapat dijadikan alternatif pengganti sumber energi yang tidak dapat diperbaharui seperti bahan bakar fosil. Selain menghasilkan gas metan, biogas juga menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair.

Kotoran sapi dapat dibuat menjadi beberapa jenis kompos yaitu curah, blok, granula dan bokhasi. Kompos sebagai pupuk organik yang berbahan kotoran sapi mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan pupuk anorganik. Selain itu, kompos juga mempunyai prospek dan peluang yang besar untuk dipasarkan secara lebih meluas untuk mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia. Penyediaan kompos organik yang berkelanjutan dan praktis dapat mempermudah petani untuk memanfaatkannya sebagai penyubur tanah.

Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Selama ini sisa tanaman dan kotoran hewan tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk buatan. Kompos yang baik adalah yang sudah cukup mengalami pelapukan dan dicirikan oleh warna yang sudah berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah dan sesuai suhu ruang. Proses pembuatan dan pemanfaatan kompos dirasa masih perlu ditingkatkan agar dapat dimanfaatkan secara lebih efektif, menambah pendapatan peternak dan mengatasi pencemaran lingkungan.

Proses pengomposan adalah proses menurunkan C/N bahan organik hingga sama dengan C/N tanah ( 20). Selama proses pengomposan, terjadi perubahan-perubahan unsur kimia yaitu : 1) karbohidrat, selulosa, hemiselulosa, lemak dan lilin menjadi CO2 dan H2O; 2) penguraian senyawa organik menjadi senyawa yang dapat diserap tanaman. Kompos merupakan salah satu komponen untuk meningkatkan kesuburan tanah dengan memperbaiki kerusakan fisik tanah akibat pemakaian pupuk anorganik (kimia) pada tanah secara berlebihan yang berakibat rusaknya struktur tanah dalam jangka waktu lama. Mengingat pentingnya pupuk kompos dalam memperbaiki struktur tanah dan melambungnya harga pupuk buatan maka perlu disusun buku petunjuk teknis pembuatan kompos organik berbahan kotoran sapi untuk memudahkan petani dalam memanfaatkan kotoran sapi, sekaligus memproduksi pupuk organik yang akhirnya akan menambah pendapatan.

Manfaat kompos organik diantaranya adalah 1) memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga menjadi ringan; 2) memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak berderai; 3) menambah daya ikat tanah terhadap air dan unsur-unsur hara tanah; 4) memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah; 5) mengandung unsur hara yang lengkap (jumlah tersebut tergantung dari bahan pembuat pupuk organik); 6) membantu proses pelapukan bahan mineral; 7) memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikroba; 8) menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan. Pengolahan kotoran sapi yang mempunyai kandungan N, P dan K yang tinggi sebagai pupuk kompos dapat mensuplai unsur hara yang dibutuhkan tanah dan memperbaiki struktur tanah menjadi lebih baik, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi semakin optimal.

Pembuatan kompos diawali dengan pengumpulan kotoran sapi dengan cara pemanenan dari kandang. Sebelum diproses menjadi pupuk kompos, kotoran sapi ditampung dalam tempat yang disediakan khusus yang letaknya agak berjauhan dengan tempat penyimpanan pakan dan kandang, selanjutnya jika mencapai jumlah yang dibutuhkan dapat diproses menjadi kompos dalam bentuk curah, blok, granula dan bokhasi.

Kotoran yang dipanen dari kandang diangin-anginkan di tempat teduh selama 2 bulan di musim hujan atau 1 bulan di musim kemarau, kotoran dihancurkan dan diayak dengan ukuran lubang 0,5 x 0,5 cm. Kemudian ditambahkan tanah humus, kapur, diaduk, setelah rata di ayak, ditambahkan bahan aktifator. Bahan aktifator pembuatan kompos dapat diperoleh di toko-toko pertanian. Dapat pula dengan menambahkan bahan-bahan organik lainnya seperti kotoran ayam, sekam, bekatul, dan lain-lain.

Setelah proses pencampuran dan pengadukan bahan-bahan kompos, maka bahan kompos tersebut kemudian ditutup dengan menggunakan plastik atau dengan menggunakan terpal kurang lebih satu minggu-sebulan. Agar proses fermentasi dapat berlangsung dengan baik, maka diusahakan tempat untuk proses fermentasi tersebut terlindung dari hujan dan terik panas yang berlebihan.

Setelah proses fermentasi cukup, maka bahan kompos tersebut kemudian diayak untuk menghilangkan bahan-bahan kasar. Setelah diayak kemudian digiling dengan menggunakan mesin penggiling hingga dihasilkan pupuk kompos yang halus. Setelah itu, pupuk kompos dikemas dengan menggunakan karung dengan ukuran 20 Kg.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar